Alkisah seorang pemuda Yahudi yang sangat tampan masuk ke dalam masjid dengan sikapnya yang sangat hormat. Pemuda itu berpakaian indah, memakai wangi-wangian yang harum, budi dan tutur katanya pun sopan. Semua orang yang berada di masjid mengira ia adalah orang Islam, padahal sebenarnya ia Yahudi yang belum memeluk Islam.
Syekh Ibrahim Al-Khawwash yang sedang berada di dalam masjid berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Pemuda itu adalah seorang Yahudi.”
Para sahabat kurang setuju dengan perkataan Syekh Ibrahim. Mereka menganggap pemuda itu adalah jemaah masjid yang hendak shalat. Pemuda itu mengetahui bahwa mereka sedang membicarakannya.
Seusai shalat, pemuda itu menunggu Syekh Ibrahim hingga pulang keluar dari masjid. Ketika dilihatnya Syekh Ibrahim telah keluar dari pintu masjid, pemuda Yahudi itu pun mendekati para sahabat Syekh Ibrahim dan bertanya, “Apa kata Syekh Ibrahim tentang diriku?”
Mendengar pertanyaan itu, para sahabat Syekh Ibrahim enggan menjawabnya. Mereka diam seribu bahasa. Namun, pemuda itu mendesak mereka, “Tak perlu takut, aku hanya ingin tahu apa yang diucapkan Syekh Ibrahim tadi?”
Akhirnya, salah satu dari jemaah angkat bicara, “Syekh mengatakan bahwa kau seorang Yahudi. Apakah benar?”
Pernyataan Syekh Ibrahim itu mengejutkan pemuda Yahudi. Ia bergegas menyusul Syekh Ibrahim yang sedang berjalan pulang ke rumahnya. Pemuda itu langsung mencium tangan Syekh Ibrahim dan menyatakan dirinya masuk Islam.
Syekh yang keheranan bertanya, “Apa yang mendorongmu untuk segera memeluk Islam?”
Pemuda itu menceritakan isi kitab yang diyakininya,
“Dalam kitabku dikatakan, firasat seseorang yang memiliki sifat shiddiq tidak pernah meleset. Saya menguji kaum muslim dengan menyamar sebagai jemaah masjid. Orang shiddiq pasti berada di antara kelompok muslim. Ternyata dugaanku memang benar. Syekh Ibrahim bisa mengenaliku dengan tepat. Berarti Anda adalah orang yang shiddiq dan karena itulah aku masuk Islam!”
Kelompok Wahabi sangat membenci kaum sufi yang mereka tuding sesat, karena itu mereka menghilangkan beberapa bagian nasihat Imam Syafi’I tentang sufistik dalam buku versi terbitan mereka. Imam Syafi’I berujar: “Jadilah ahli Fikih dan Sufi Sekaligus, jangan hanya salah satunya. Sungguh demi Allah, saya benar-benar ingin memberi nasihat kepadamu. Orang yang hanya memelajari ilmu fikih tetapi tidak memelajari ilmu tasawuf, maka hatinya keras dan tidak dapat merasakan nikmatnya takwa, sebaliknya orang yang hanya memelajari tasawuf saja akan menjadi bodoh, tidak tahu yang benar.